"Seribu Orangtua Hanya Dapat Bermimpi, Satu Orang Pemuda Dapat Mengubah Dunia." (Soekarno)

Selasa, 26 Oktober 2010

Pudarnya Semangat Sumpah Pemuda pada Jaman Ini

Seperti yang kita ketahui, zaman ini bisa dibilang "jaman edan". Dimana para anak kecil yang seharusnya masih polos sudah tahu hal yang seharus tidak ia ketahui. Dimana para anak-anak SD yang sudah mulai berani membantah orangtua. Dimana para murid remaja sudah melupakan kewajibannya dan berbuat hal-hal yang dilarang. Dan parahnya, hampir di seluruh Indonesia ini, tidak dapat bersatu. Mereka membeda-bedakan, dari hal-hal seperti agama dan bahkan sampai warna kulit. Sungguh menyedihkan. Mana persatuan di negara kita? Jika terus begini, bangsa Indonesia tak akan bisa menjadi negara yang lebih baik bahkan semakin jatuh dari tempatnya sekarang.Apakah perjuangan para pahlawan yang mengorbankan jiwa dan raganya akan diisi dengan hal-hal yang seperti ini?

Kita, para pemuda bangsa Indonesia, seharusnya mau menghargai dan memperjuangkan isi dari Sumpah Pemuda. Kita sebagai generasi muda, penerus bangsa, seharusnya mau mangamalkan pancasila dan berusaha membawa negara ini menjadi yang lebih baik nantinya. Tetapi, apakah itu akan terjadi? Jawabannya ya dan tidak, semuanya itu tergantung dari perbuatan kita sekarang dan masa depan. Apakah kita akan berusaha demi negara ini atau tidak? Bila kita ingin berusaha lakukanlah yang terbaik. Perjuangkanlah negara ini dengan jiwa dan ragamu.

Kalau sekarang kita bertanya kepada para pemuda Indonesia : "Bagaimana pendapatmu tentang Sumpah Pemuda?" Apa yang akan mereka jawab? "Ga tau, ah. Males". Tragis, sungguh. Itukah para pemuda Indonesia sekarang? Sudah 88 tahun Sumpah Pemuda membawa merdeka. Tapi, oleh para pemuda sekarang sama sekali tak dibalas dengan perbuatan yang setimpal. Inilah yang harus kita perbaiki tentang cara berpikir penerus bangsa kita, mereka menganggap apa yang berlalu cukup dengan dikenang. Tapi, sadarkah mereka bila negara-negara lain siap menyergap negara ini saat kita lengah, saat kita terpisah oleh ego, saat persatuan sudah memudar. Apakah penerus bangsa harus merasakan penderitaan pada saat revolusi kemerdekaan?

Saatnya kita ubah, Sumpah Pemuda yang "memudar", menjadi Sumpah Pemuda yang Abadi, bukan sekedar ucapan atau janji tetapi sebagai tindakan kita atas masa depan negara ini.
Selengkapnya...

Bagaimana Cara Memperjuangkan Sumpah Pemuda?

Jika tadi teman-teman saya berpendapat tentang makna dari Sumpah Pemuda, sekarang mereka berpendapat tentang cara memperjuangkan para pejuang Sumpah Pemuda waktu itu.
Inilah pendapat mereka :

Teman saya berpendapat bahwa cara untuk memperjuangkan para pejuang Sumpah Pemuda terdahulu adalah dengan tetap mempertahankan semangat pemuda bangsa Indonesia. Hal itu dapat dilakukan dengan cara belajar dengan tekun agar pemuda Indonesia bisa menjadi lebih berkualitas.
Selain pendapat tadi, teman saya yang lain berpendapat bahwa untuk memperjuangkan perjuangan para pemuda, masyarakat harus memberi pembelajaran tentang seluk beluk bagaimana bangsa ini dapat merdeka supaya para pemuda Indonesia dapat lebih mengenal dan mencintai bangsa Indonesia.
Dan terakhir, pendapat saya tentang bagaimana cara kita memperjuangkan para pejuang Sumpah Pemuda dahulu, yaitu dengan menyadarkan pemuda di zaman ini. Pemuda zaman sekarang sudah mulai meninggalkan makna sebenarnya dari Sumpah Pemuda. Seharus kita sebagai generasi muda, bisa membawa bangsa ini menjadi lebih baik kedepannya.

Itulah pendapat saya dan teman-teman saya. Meski berbeda-beda, tetap saja inti dari pendapat kami sama, yaitu untuk memajukan bangsa Indonesia.
Selengkapnya...

Pengertian dari Sumpah Pemuda

Sebentar lagi kita akan memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-88 pada tanggal 28 Oktober 2010.
Mungkin beberapa dari kita sudah lupa akan Hari Sumpah Pemuda atau bahkan ada dari kita yang tidak tahu tentang Sumpah Pemuda. Padahal, kejadian pada tanggal 28 Oktober 1928 waktu itu, sudah memberikan motivasi kepada setiap pemuda dan pemudi untuk mencapai kemerdekaan bagi Indonesia.
Tetapi, walaupun Indonesia sudah mencapai apa yang diidam-idamkan setiap insan yaitu kemerdekaan, tetap saja banyak masyarakat Indonesia yang tidak setuju atas keberadaan bangsanya sendiri. Demo dan unjuk rasa terjadi dimana-mana bahkan ada saat-saat dimana rakyat ingin melakukan kudeta.

Ada pula rakyat yang ingin " menjajah " bangsa sendiri. Banyak terjadi pembunuhan, perampokan, pencopetan, dan lain-lain. Bahkan, pemimpin negara pun banyak yang korupsi.
Apakah ini yang kita sebut sebagai " Persatuan " apalah artinya sebuah ideologi bangsa yang bernamakan " Pancasila " dalam negara ini? Apakah kita akan membiarkan keadaan bangsa kita tetap seperti ini?
Jawabannya ada dalam hati sanubari kalian sendiri. Jika iya, lakukanlah yang terbaik demi bangsa kalian. Jika tidak, jalani hidupmu ala kadarnya.


Marilah kita kenang kembali apa isi Sumpah Pemuda.
1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Kita mulai dengan membahas isi Sumpah Pemuda yang pertama.
" Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia."
Apakah kita sudah bertumpah darah yang satu? Tidak! Kita disini hanya bertumpah darah demi kita sendiri. Mari kita lihat setiap orang yang hidup dibalik layar Jakarta, bagaimana keadaan mereka? mereka tidak dapat memenuhi hidup mereka dengan layak, mengapa? karena keadaan pemerintah saat ini..
" Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia. "
Apakah kita sudah berbangsa yang satu? Tidak! lihat orang-orang disekelilingmu, yang miskin semakin miskin, yang kaya semakin kaya. Itu namanya berbangsa yang satu?
" Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. "
Apakah bahasa Indonesia ini sudah menjadi bahasa persatuan di negara ini? Tidak! Lihat rakyat-rakyat kita Bahasa Indonesia itu sudah seperti bahasa pengantar, kita mengerti bahasa-bahasa yang lain. Tapi, bahasa Indonesia? Apakah kita 100% mengerti setiap penggunaan kata dalam bahasa kita sendiri?

Sekaranglah saatnya bagi kita untuk merubah negara ini menjadi yang lebih baik dengan tangan kita sendiri.
Kita membutuhkan semangat Sumpah Pemuda bagi kelangsungan negara ini dan sebagai motivasi bagi kita untuk memajukan negara ini.
Kita harus menghargai negara kita sendiri jauh diatas kita menghargai negara-negara lain. Karena inilah negara kita, negara yang harus kita perjuangkan.
Kita mulai menanam benih persatuan ini di dalam diri kita sendiri terlebih dahulu, baru kita sebarkan benih ini kepada orang-orang yang ada disekitar kita.
Ubahlah cara pandangmu atas negara ini. Negara ini bukan tidak dapat berhasil, tapi belum dapat berhasil.
Selengkapnya...

Makna dari Sumpah Pemuda

Banyak orang mengetahui isi Sumpah Pemuda, tetapi apakah kita sudah mengetahui makna dari Sumpah Pemuda tersebut? Saya sudah meminta pendapat teman-teman saya tentang makna dari Sumpah Pemuda.
Saya ingin menyampaikan makna dari Sumpah Pemuda menurut teman-teman saya. Inilah hasil liputan saya :

Menurut salah satu dari teman saya, makna dari Sumpah Pemuda adalah membangkitkan semangat Nasionalisme para generasi muda. Yang lainnya, Sumpah Pemuda bermakna bahwa semangat Sumpah Pemuda seharusnya membuat kita lebih mencintai negeri yang susah payah dimerdekakan oleh para pahlawan. Selain itu, kita juga harus mencintai produk dalam negeri. Kalau mulai sekarang kita tidak mau mencintai tanah air kita, dan tidak mau mencintai produk dalam negeri, bagaimana negara ini bisa maju? Jadi, kita harus mencintai negara ini lebih dari negara lainnya.
Dan yang terakhir, makna dari Sumpah Pemuda adalah semangat para pemuda Indonesia untuk merdeka dan meneruskan bangsa ini.

Itulah pendapat teman-teman saya tentang makna dari Sumpah Pemuda. Memang, pendapat setiap orang berbeda, tetapi saya yakin makna sesungguhnya dari Sumpah Pemuda itu, sangatlah penting untuk menyadarkan para pemuda bangsa di zaman sekarang ini. Selengkapnya...

Sabtu, 23 Oktober 2010

Amir Sjarifoeddin "Bendahara Kongres Sumpah Pemuda 1928"

Amir Sjarifoeddin

Amir Syarifudin
Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap (ejaan baru: Amir Syarifuddin Harahap) (lahir di Medan, Sumatera Utara, 27 April 1907 – meninggal di Surakarta, Jawa Tengah, 19 Desember 1948 pada umur 41 tahun) adalah seorang tokoh Indonesia, mantan menteri dan perdana menteri pada awal berdirinya negara Indonesia.

Keluarga

Ayahnya, Djamin gelar Baginda Soripada (1885-1949), seorang jaksa di Medan. Ibunya, Basunu Siregar (1890-1931), dari keluarga Batak yang telah membaur dengan masyarakat Melayu-Islam di Deli. Ayahnya keturunan keluarga kepala adat dari Pasar Matanggor di Padang Lawas Tapanuli.

Pendidikan

Amir menikmati pendidikan di ELS atau sekolah dasar Belanda di Medan pada tahun 1914 hingga selesai Agustus 1921. Atas undangan saudara sepupunya, T.S.G. Mulia yang baru saja diangkat sebagai anggota Volksraad dan belajar di kota Leiden sejak 1911, Amir pun berangkat ke Leiden. Tak lama setelah kedatangannya dalam kurun waktu 1926-1927 dia menjadi anggota pengurus perhimpunan siswa Gymnasium di Haarlem, selama masa itu pula Amir aktif terlibat dalam diskusi-diskusi kelompok kristen misalnya dalam CSV-op Java yang menjadi cikal bakal GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia). Ia tinggal di rumah guru pemeluk Kristen Calvinis, Dirk Smink, dan di sini juga Mulia menumpang.

Namun pada September 1927, sesudah lulus ujian tingkat kedua, Amir kembali ke kampung halaman karena masalah keluarga, walaupun teman-teman dekatnya mendesak agar menyelesaikan pendidikannya di Leiden. Kemudian Amir masuk Sekolah Hukum di Batavia, menumpang di rumah Mulia (sepupunya) yang telah menjabat sebagai direktur sekolah pendidikan guru di Jatinegara. Kemudian Amir pindah ke asrama pelajar Indonesisch Clubgebouw, Kramat 106, ia ditampung oleh senior satu sekolahnya, Mr. Muhammad Yamin.


Perjuangan


Menjelang invasi Jepang ke Hindia Belanda, Amir berusaha—menyetujui dan menjalankan garis Komunis Internasional agar kaum kiri menggalang aliansi dengan kekuatan kapitalis untuk menghancurkan Fasisme. Barangkali ini mempunyai hubungan dengan pekerjaan politik Musso dengan kedatangannya ke Hindia Belanda dalam tahun 1936.

Ia kemudian dihubungi oleh anggota-anggota kabinet Gubernur Jenderal, menggalang semua kekuatan anti-fasis untuk bekerja bersama dinas rahasia Belanda dalam menghadapi serbuan Jepang. Rencana itu tidak banyak mendapat sambutan. Rekan-rekan masih belum pulih kepercayaan terhadapnya akibat polemik di awal tahun 1940-an, serta tidak paham akan strateginya melawan Jepang. Mereka ingin menempuh taktik lain yaitu, berkolaborasi dengan Jepang dengan harapan Jepang akan memberi kemerdekaan kepada Hindia Belanda setelah kolonialis Belanda dikalahkan. Dalam hal ini garis Amir yang terbukti benar.

Pada bulan Januari 1943 ia tertangkap oleh fasis Jepang, di tengah gelombang-gelombang penangkapan yang berpusat di Surabaya. Kejadian ini dapat ditafsirkan sebagai terbongkarnya jaringan suatu organisasi anti fasisme Jepang yang sedikit banyak mempunyai hubungan dengan Amir. Terutama dari sisa-sisa kelompok inilah Amir, kelak ketika menjadi Menteri Pertahanan, mengangkat para pembantunya yang terdekat.

Sebuah dokumen NEFIS (Netherlands Expeditionary Forces Intelligence Service), instansi rahasia yang dipimpin Van Mook, tertanggal 9 Juni 1947 menulis tentang Amir; "ia mempunyai pengaruh besar di kalangan massa dan orang yang tak mengenal kata takut". Belanda mungkin tahu bahwa penghargaan berbau mitos terhadapnya di kalangan Pesindo berasal dari cerita para tahanan sesamanya. Bagaimana ia menghadapi siksaan fisik dan moral yang dijatuhkan Jepang. Diceritakan, misalnya, bagaimana ia tertawa ketika para penyiksa menggantungnya dengan kaki di atas.

Dalam Persetujuan Renville tanggungjawab yang berat ini terletak dipundak kaum Komunis, khususnya Amir sebagai negosiator utama dari Republik Indonesia. Kabinet Amir Sjarifuddin mengundurkan diri dengan sukarela dan tanpa perlawanan samasekali, ketika disalahkan atas persetujuan Renville oleh golongan Masyumi dan Nasionalis.

Jabatan

* Menteri pada Kabinet Presidensial, Kabinet Sjahrir I, Kabinet Sjahrir II, Kabinet Sjahrir III
* Perdana Menteri: 3 Juli 1947 – 29 Januari 1948, membentuk Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Kabinet Amir Sjarifuddin II
* Bendahara Kongres Sumpah Pemuda di Waltervreden (sekarang Jakarta) pada tanggal 27 - 28 Oktober 1928.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Amir_Sjarifoeddin
Selengkapnya...

Muhammad Yamin "Sekretaris Kongres Sumpah Pemuda 1928"

Mohammad Yamin

M. Yamin
Mr. Prof. Muhammad Yamin, SH (lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia dimakamkan di Talawi, Sawahlunto

Beliau merupakan salah satu perintis puisi modern di Indonesia, serta juga 'pencipta mitos' yang utama kepada Presiden Sukarno.

Kesusasteraan

Dilahirkan di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade 1920-an semasa dunia sastra Indonesia mengalami perkembangan. Karya-karya pertamanya ditulis dalam bahasa Melayu dalam jurnal Jong Sumatera, sebuah jurnal berbahasa Belanda, pada tahun 1920. Karya-karyanya yang awal masih terikat kepada bentuk-bentuk bahasa Melayu Klasik.

Pada tahun 1922, Yamin muncul untuk pertama kali sebagai penyair dengan puisinya, Tanah Air ; "tanah air"-nya ialah Sumatera. Tanah Air merupakan himpunan puisi modern Melayu yang pertama yang pernah diterbitkan. Sitti Nurbaya, novel modern pertama dalam bahasa Melayu juga muncul pada tahun yang sama, tetapi ditulis oleh Marah Rusli yang juga merupakan seorang Minangkabau. Karya-karya Rusli mengalami masa kepopuleran selama sepuluh tahun.

Himpunan Yamin yang kedua, Tumpah Darahku, muncul pada 28 Oktober 1928. Karya ini amat penting dari segi sejarah karena pada waktu itulah, Yamin dan beberapa orang pejuang kebangsaan memutuskan untuk menghormati satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia yang tunggal. Dramanya, Ken Arok dan Ken Dedes yang berdasarkan sejarah Jawa muncul juga pada tahun yang sama. Antara akhir dekade 1920-an sehingga tahun 1933, Roestam Effendi, Sanusi Pane, dan Sutan Takdir Alisjahbana merupakan pionir-pionir utama bahasa Melayu-Indonesia dan kesusasteraannya.

Walaupun Yamin melakukan banyak eksperimen bahasa dalam puisi-puisinya, dia masih lebih menepati norma-norma klasik bahasa Melayu, berbanding dengan generasi-generasi penulis yang lebih muda. Ia juga menerbitkan banyak drama, esei, novel sejarah dan puisi yang lain, serta juga menterjemahkan karya-karya William Shakespeare (drama Julius Caesar) dan Rabindranath Tagore.

Politik


Pada tahun 1932, Yamin memperoleh ijazahnya dalam bidang hukum di Jakarta. Ia kemudian bekerja dalam bidang hukum di Jakarta sehingga tahun 1942, karier politiknya dimulai dan beliau giat dalam gerakan-gerakan nasionalis. Pada tahun 1928, Kongres Pemuda II menetapkan bahasa Indonesia, yang berasal dari bahasa Melayu, sebagai bahasa gerakan nasionalis Indonesia. Melalui pertubuhan Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya bahasa Indonesia dijadikan asas untuk sebuah bahasa kebangsaan. Oleh itu, bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi bangsa Indonesia


Semasa pendudukan Jepang antara tahun 1942 dan 1945, Yamin bertugas pada Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1945, beliau mencadangkan bahwa sebuah Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Sukarno yang juga merupakan anggota BPUPKI membantu Yamin. Sukarno menjadi presiden Republik Indonesia yang pertama pada tahun 1945, dan Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang penting dalam pemerintahannya.

Yamin meninggal dunia di Jakarta dan dikebumikan di Talawi, sebuah kota kecamatan yang terletak 20 kilometer dari ibu kota Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat.

Karya-karyanya
Sampul Buku Muhammad Yamin dan cita cita persatuan

* Tanah Air, 1922
* Indonesia, Tumpah Darahku, 1928
* Ken Arok dan Ken Dedes, 1934
* Sedjarah Peperangan Dipanegara , 1945
* Gadjah Mada, 1948
* Revolusi Amerika, 1951

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Yamin

Selengkapnya...

Sugondo Djojopuspito "Ketua Kongres Sumpah Pemuda 1928"

Sugondo Djojopuspito

Sugondo Joyo Puspito
Sugondo Djojopuspito (lahir di Tuban, Jawa Timur, 22 Februari 1904 – meninggal di Yogyakarta, 23 April 1978 pada umur 74 tahun) adalah tokoh pemuda tahun 1928 yang memimpin Kongres Pemuda Indonesia Kedua dan menghasilkan Sumpah Pemuda, dengan motto: Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa: Indonesia.

Latar Belakang dan Pendidikan

Sugondo Djojopuspito lahir di Tuban, 22 Februari 1904 anak seorang Mantri Juru Tulis Desa di kota Tuban. Pendidikan HIS (Sekolah Dasar 7 tahun) tahun 1911-1918 di Tuban. Tahun 1919 pindah ke Surabaya untuk meneruskan ke MULO (Sekolah Lanjutan Pertama 3 tahun) tahun 1919-1921. Selama di Surabaya tinggal bersama Soekarno di rumah HOS Cokroaminoto. Setelah lulus tahun 1922, melanjutkan sekolah ke AMS afdeling B (Sekolah Menengah Atas bagian B - paspal - 3 tahun) di Yogyakarta tahun 1922-1924.

Setelah lulus AMS tahun 1925 melanjutkan kuliah ke Batavia (Jakarta) pada RHS (Rechts Hooge School - didirikan tahun 1924 - Sekolah Tinggi Hukum - Fakultas Hukum Universitas Indonesia sekarang). Kuliah di RHS mencapai tingkat P (propadeus - sekarang D2)

Sumpah Pemuda "28 Oktober 1928"

Pada waktu semua orang ikut dalam organisasi pemuda, pemuda Sugondo masuk dalam PPI (Persatuan Pemuda Indonesia - dan tidak masuk dalam Jong Java). Pada tahun 1926 saat Konggres Pemuda I, Sugondo ikut serta dalam kegiatan tersebut. Tahun 1928, ketika akan ada Konggres Pemuda II 1928, maka Sugondo terpilih jadi Ketua atas persetujuan Drs. Mohammad Hatta sebagai ketua PPI di Negeri Belanda dan Ir. Sukarno (yang pernah serumah di Surabaya) di Bandung. Mengapa Sugondo terpilih menjadi Ketua Konggres? Karena beliau adalah anggota PPI (Persatuan Pemuda Indonesia - wadah pemuda independen pada waktu itu dan bukan berdasarkan kesukuan).

Saat itu Mohammad Yamin adalah salah satu kandidat lain menjadi ketua, tetapi dia berasal dari Yong Sumatra (kesukuan), sehingga diangkat menjadi Sekretaris. Perlu diketahui bahwa Moh. Yamin adalah Sekretaris dan juga salah satu peserta yang mahir berbahasa Indonesia (sastrawan), sehingga hal-hal yang perlu diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia yang benar tidak menjadi hambatan (seperti diketahui bahwa notulen rapat ditulis dalam bahasa Belanda yang masih disimpan dalam museum).


Konggres Pemuda 1928 yang berlangsung tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta menghasilkan Sumpah Pemuda 1928, di mana Para Pemuda setuju dengan Trilogi: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa: Indonesia. Selain kesepakatan ini, juga telah disepakati Lagu Kebangsaan: Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman. Dalam kesempatan ini, WR Supratman berbisik meminta ijin kepada Sugondo agar boleh memperdengarkan Lagu Indonesia Raya ciptannya. Karena Konggres dijaga oleh Polisi Hindia Belanda, dan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (misalnya Konggres dibubarkan atau para peserta ditangkap), maka Sugondo dipersilahkan memperdengarkan lagu “Indonesia Raya” dengan biola yang dimainkan olh WR Supratman, sehingga kata-kata Indonesia Raya dan Merdeka tidak jelas diperdengarkan.



Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sugondo_Djojopuspito
Selengkapnya...